Ngeri! Diduga Gunakan Pasir Bercampur Tanah, Proyek Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo Disorot

TIMOROMAN.COM– Material pasir yang digunakan pada proyek REHAB BERAT SDN BANJARWUNGU 1, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo jadi sorotan, karena diduga bercampur dengan tanah.

Dari papan proyek yang terpasang, menyebut pekerjaan REHAB BERAT SDN BANJARWUNGU 1 menghabiskan biaya Rp. 618.,3 juta dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo Sidoarjo, ya g dikerjakan oleh CV. MENARA HIJAU dengan konsultan pengawas CV . CV GUNA TEKNIK KONSULTAN , dan dijadwalkan berlangsung 105 hari kalender kerja.

Dugaan Pasir Campur Tanah

Dari hasil penelusuran di lapangan, pasir yang dipakai terlihat bercampur tanah.
Warna keruh serta butiran yang menggumpal dinilai berpotensi menurunkan mutu adukan bangunan dan juga material bangunan yang berserakan. Praktisi kontruksi mengingatkan, Jika kwalitas pasir buruk, risiko keretakan dinding hingga kerusakan dini pada bangunan tak terhindarkan.

“Kalau benar material bercampur tanah, kualitas beton jelas akan turun.
Bangunan jadi rawan retak meski baru digunakan,” ujar salah satu praktisi kontruksi yang dimintai pendapat.

Untuk mengklarifikasi dugaan tersebut, Awak Media mencari keberadaan pelaksana lapangan dan konsultan pengawas, namun tidak ada di tempat, Selasa (07/10/2025).

Proyek Pendidikan Asal Jadi?

Fenomena serupa bukan kali pertama muncul dalam proyek pendidikan daerah.
Banyak pekerjaan lebih menekankan pada serapan anggaran daripada kualitas.
Padahal, proyek REHAB BERAT menyangkut keselamatan siswa.

Kontraktor Pelaksana den konsultan pengawas seharusnya bertanggung jawab penuh memastikan material sesuai standar, bukan mencari jalan pintas demi keuntungan.

Dinas Pendidikan Diminta Turun Langsung

Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo didesak untuk segera melakukan pemeriksaan lapangan, tidak hanya mengandalkan laporan kontraktor. Apalagi, proyek ini menghabiskan hampir Rp600 juta dari uang publik.

Transparansi dan pengawasan ketat sangat penting agar ruang belajar siswa tidak berubah menjadi bangunan rapuh akibat lemahnya kontrol kualitas.

Tanpa evaluasi serius, praktik pembangunan “asal jadi” berpotensi terus berulang.
Dampaknya, anak-anak yang mestinya belajar di ruang kelas layak justru dipaksa menempati gedung dengan kualitas meragukan.(Ud/Rk)

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *