Ada Apa Dengan Timor Leste di Tahun 2022?’

TIMOROMAN.COM – Hari ini tahun 2022. Tahun kambing. Tahun kelembutan, keibuan, kesetiaan, cinta, dll. Semua peramal sibuk bikin ramalan. Mereka ‘menguliti’ shio kambing. Mulai dari tanduk, kulit, bulu-bulunya, ekornya, bahwa tinja dan isi perutnya pun tak dilewatkan.

Ada yang menggunakan kartu tarot. Kartu poker dan domino. Ada pula yang mengunakan biji dadu, biji kelereng, biji jagung dan biji-biji lainnya. Di kampung-kampung terpencil, termasuk di Timor Leste, orang memprediksi nasib, hasil panen, jodoh, bahkan wabah penyakit dengan melihat usus ayam atau usus babi. Sedangkan sirih, pinang dan kapur dipercaya sebagai mantra.

Para indigo juga sibuk meramal. Ramalan mereka mencemaskan. Kadang menakutkan. Mereka seolah tahu kapan dunia akan kiamat. Artis dengan inisial titik-titik akan mati di tahun ini. Mereka juga tahu akan terjadi perang, wabah penyakit dan lain-lain. Beberapa nama peramal terkenal adalah Jayabaya, Baba Vanga, Mama Loren, dll.

Mengenai ramal meramal saya teringat akan seorang lelaki uzur, kelahiran Portugal, yang berpuluh-puluh tahun bertugas di Timor Portugis.
Lelaki itu sebut saja Inacio. Dia pernah menjadi Sevi de Postu atau camat di berbagai daerah di Timor Portugis. Ketika Timor Portugis berintegrasi dengan Indonesia dan menjadi Propinsi Timor Timor, dia hijrah ke Jakarta. Saya ingat betul kata-katanya di tahun 80-an.

“Jose…o hare…baihira tinan 1999 atusai buatruma bot iha Timor Timur (Jose…nanti tahun 1999 akan terjadi peristiwa yang sangat besar di Timor Timur),” kata lelaki uzur itu sambil mengangkat bahu. Saya hanya diam dan tak bersuara. Ternyata lelaki itu meninggal jauh sebelum tahun 1999. Sehingga ketika tahun 1999 tiba, dengan sabar saya menunggu apa yang akan terjadi di Propinsi ke-27 itu.

Ternyata benar. Timor Timur akhirnya lepas dari Indonesia melalui jajak pendapat yang diselenggarakan PBB. Darah pun tumpah dimana-mana. Sejarah Timor Leste memang penuh genangan darah.

Apalagi saat dijajah Portugis selama 450 tahun. Sepanjang jalan antara Oecusi hingga Tutuala seolah disambungkan oleh benang-benang darah. Darah-darah itu kini ditenun menjadi kain kabung yang indah. Di sana ada jahitan sakit hati dan dendam.

Disana ada kisah duka tentang eksodus sanak saudara ke wilayah Timor Barat. Pediiih…!!!

Matebean Menangis

Lalu ada apa dengan Timor Leste di tahun 2022? Pada titik ini, renungkanlah. Lihatlah tanah airmu. Perhatikan gunung, bukit, lembah. Tengoklah laut, pohon, rumput dan margasatwa. Semuanya diam. Yang ribut mungkin hanya angin dan hujan. Kadang gempa, longsor atau tsunami. Itulah tanda alam. Cara Tuhan berbicara kepada manusia.

Di titik singgung ini perhatikanlah dengan seksama gunung Kablaki. Gunung yang melambangkan laki-laki dan perempuan Timor Leste yang perkasa. Apalagi disaksikan dari poshada Maubisse dari ketinggian 1800 meter dpl. Panoramanya menakyubkan. Senja sunset. Awan-awan berterbangan di depan mata. Udara dingin, menggigil, minta dikulum. Secangkir kopi Maubisse sudah cukup menghangatkan cinta.

Lalu tatap pula ke puncak gunung Matebean yang menjadi latar kota Baucau. Kota penuh sejarah. Jika awan hitam bertengger di puncaknya, itu isyarat bahwa Matebean punya hati.

Punya perasaan. Punya air mata. Sebuah puisi kutulis di tahun 1997. Melukiskan Matebean bersedih. Judulnya: ‘Biarkan Matabean Menangis’. Semalam aku tertidur di puncak matabean. Ku dengar dia menangis. Rintihannya menyayat hati. Kepedihannya menikam bathin. Ketika ditanya: katanya, ia terluka.

Semalam, aku berbaring di dada matebean. Kami bicara dari hati ke hati. Katanya: ia kecewa. Matebean kecewa. Matebean merintih. Menangisi seribu ketimpangan. Sejuta penyimpangan, dikakoni anak bangsa. Korupsi mengapa tertular. Kolusi mengapa tertular. Hukum mengapa diperdagangkan. Kebenaran mengapa dikencingi, diludah dan diberaki.Dan seterusnya.

Sehingga hari ini,diujung tahun 2021, sebaiknya berkaca diri. Merenung tentang masa silam. Tentang 20-an tahun Timor Leste merdeka sebagai negara berdaulat. Pada titik-titik inilah, dengarlah suara burung-burung berkicau. Tanyakanlah pada ikan terbang yang melakukan ‘salto’ hingga muncul ke permukaan air. Lalu pandanglah dengan mata hati ladang minyak di Timor Gap. Ladang minyak di Viqueque atau di berbagai tempat lainnya.

Yang terakhir, dengarlah suara lonceng gereja yang berdentang setiap pagi-siang dan malam di seluruh tanah air Timor Leste. Dengar pula nyanyian burung gereja yang berterbangan di sekitar tabernakel suci. Sebab sesungguhnya Timor tanah wangi soerga.

Seharusnya disetiap jengkal tanah Timor tumbuh hutan cendana. Namun kini semuanya tinggal kenangan. Yang tersisa hanyalah beberapa foto usang atau video lapuk tempo doeloe.

Maka bangkitlah pemuda-pemudi Timor Leste. Sadarlah, tanah ini sudah merdeka puluhan tahun. Seharusnya mampu berdiri diatas kaki sendiri. Mampu membangun jaringan dengan berbagai negara di dunia. Termasuk Indonesia dan Portugis. Karena hari ini dunia sudah berada di era digital. Apa-apa digital. Kemajuan suatu bangsa dan negara ditentukan oleh kecepatan menangkap peluang ekonomi. Sekecil apa pun negara itu. Maka Jadilah negara digital. Bersaing dengan kecepatan tinggi.

Serba Digital

Agar paham teknologi digital sebaiknya memahami sejarah peradaban di bumi. Manusia di bumi bergerak dimulai dari World 0.0. Antara tahun 0-1.800, penduduknya baru sekitar 1,8 miliar jiwa. Manusia hidup tergantung dari hasil bumi. World 1.0 antara 1800-1960 (1,8-3 miliar jiwa) ditandai dengan horse power atau tenaga kuda.

World 2.0 (3-6 miliar) antara tahun 1960-1999 manusia sudah mengandalkan berbagai macam teknologi canggih. World 3.0 antara 1999-2037 (6-9 miliar) manusia berada di era digital. World 4.0 dimulai diatas tahun 2037 (penduduk bumi sekitar 9 miliar) semua hidup dalam dunia artifisual atau kecerdasan buatan.

Artinya Timor Leste juga berada di era digital. Era dimana semuanya berubah. Sistem pendidikan berubah. Pasar-pasar berubah. Suka atau tidak suka peraturan-peraturan di suatu negara mulai berubah. Dan lain-lain. Pada titik singgung ini masyarakat terbelah menjadi dua pandangan.
Pertama, masyarakat tua yang bertahan dengan pengalaman masa lalu. Kedua, generasi milenial dan generasi Z membawa pandangan baru serba digital.
Ribuan perusahaan kelas dunia, yang para managernya bertahan dengan cara kerja lama akhirnya bangkrut.

Kondisi ini diperparah oleh pandemi covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir. Contohnya maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Nyaris bangkrut karena para managernya masih bertahan dengan cara kerja lama. Kolooot. Bahkan mol di berbagai kota di dunia tutup. Bangkrut. Kini konsumen membeli dari rumah akibat ketakutan pada covid-19.

Prof. Rhenal Kasali, Ph.D guru besar ilmu manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menggambarkan era digital di jaman pandemi covid-19 minimal telah menghasilkan sepuluh ledakan ekonomi.

Yaitu, ledakan kreatifitas, ledakan home sweet home, ledakan kecerdasan, ledakan open scince, ledakan kehidupan artifisual intelijen, ledakan wisata luar ruangan, ledakan non the gree, ledakan youslees generasi, ledakan kolaborasi dan ledakan konten creator.

Akibatnya terjadi pengangguran secara besar-besarnya di dunia. Namun, sebuah penelitian mengatakan digital juga memunculkan jutaan tawaran pekerjaan baru. Tapi sayang hasil penelitian itu juga menyebutkan hanya sekitar 30 persen dari para penganggur itu yang bisa diterima kembali bekerja setelah mereka belajar teknologi digital. Jangan heran bahwa sekarang ini ada banyak pekerjaan yang hilang. Seperti penjaga pintu kereta api, teler-teler di bank, tentara, akuntan, dll. Mereka digantikan oleh robot.

Maka sekarang ini perbedaan antara si kaya dan si miskin sangat nyata. Si kaya umumnya mereka yang menguasai teknologi digital. Dan si miskin umumnya tidak paham teknologi digital. Karena semua peluang ekonomi muncul di aplikasi internet. Akibatnya busung lapar dan stunting kini marak di masyarakat miskin di kota dan desa. Dan orang-orang tua yang tidak paham digital dipastikan sulit tidur. Para ahli menyarankan agar mereka belajarlah pada anak-anak kecil.

Presiden dan Perdana Mentri

Maka yakinlah bahwa kini era digital. Era kecepatan menangkap peluang ekonomi. Namun semua kita juga tahu, ini juga era pandemi covid-19. Sampai saat ini masih terus merajam dunia tanpa ampun. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi di semua negara bergerak ke arah minus.

Timor Leste juga sama. Bahkan sebelum ada covid-19, ekonomi Timor Leste sudah turun sejak tahun 2017. Konflik politik menjadi salah satu penyebab. Dan hari ini ekonomi rakyat Timor Leste seperti kata pepatah, hidup enggan, mati pun tak mau. Susah…!!!

Oleh karena itu, tahun 2022 adalah momentum terbaik untuk bangkit. Bangkit dari segala keterpurukan. Syaratnya hanya satu. Semua politisi harus saling bergandengkan tangan. Tidak ada waktu lagi untuk saling menyalahkan di pemerintahan dan parlemen. Anggap saja semuanya benar. Semuanya pun salah. Renungkan itu. Sebab di tahun 2022 Pemerintah Timor Leste akan menyelenggarakan Pemilu. Memilih Presiden untuk masa jabatan 2022-2027. Ini kesempatan emas yang diberikan sistem demokrasi.

Pada titik ini, yakinlah gunung Ramelau yang menjulang tinggi di ufuk barat, tempat arwah nenek moyang berkumpul, menghendaki para politisi duduk bersama dalam satu lingkaran utuh. Karena masalah yang dihadapi hari ini bukan masalah biasa-biasa saja.

Rakyat jelata benar-benar membutuhkan uluran tangan para politisi. Untuk memutuskan yang terbaik bagi masa depan seluruh rakyat. Yang utama adalah rakyat. Yang pertama juga rakyat dalam sistem demokrasi.

Di titik simpul ini, wahai para pejuang, pahlawan Timor Leste yang masih hidup, hendaklah menyanyi lagu kebangsaan Timor Leste. Patria. Sambil memandang bendera Timor Leste yang berkibar-kibar di langit. Rasakan getar setiap kata di lagu Patria. Biarkan darah pahlawanmu meletup-letup. Disana ada jiwa rela berkorban. Disanalah ada hati yang membara untuk membela dan melindungi rakyat. Ingat itu…camkan itu…!!!

Sehingga Panglima Besar Kayrala Xanana Gusmao, Taur Matan Ruak, Letjen Lere Anan Timur, Fransisco Guteres (Lu Olo), Jose Ramos Horta, Maria Bin Amude Alkatiri, Mayjen Falur Rate Laek, Brigadir Maunana dan semua pahlawan Timor Leste yang masih hidup agar memutuskan yang terbaik bagi masa depan rakyat.

Siapapun yang nanti terpilih menjadi Presiden bukan soal. Tetapi yang akan menjadi Perdana Mentri (PM) serta jajaran mentri dan wakil mentri hendaknya dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dan matang. Karena Perdana Mentri dan mentri-mentrinya yang akan menjalankan pemerintahan. Mereka mesti memahami teknologi digital World 4.0 dan World 5.0. Memahami pemerintahan, sangat anti korupsi, memahami hukum dan aturan yang berlaku. Memahami minimal ekonomi makro, memahami hubungan internasional dan cerdas berbahasa asing.

Diujung tulisan ini, ada satu permintaan rakyat jelata yang selama ini diam dan tak bersuara. Cuma satu … hanya satu. ‘Tolong, Jangan Korupsi’. ‘Sekali Lagi, Jangan Korupsi’. Presiden Costa Rica, Oscar Arias Sanches, (1986-1990), pemenang Nobel untuk perdamaian tahun 1987, ketika menulis prakata dalam buku: ‘Strategi Memberantas Korupsi’ yang ditulis oleh Jeremy Pope tahun 2002 mengatakan, korupsi membawa akibat langsung, yaitu memperparah kemelaratan rakyat dan memperlemah lembaga-lembaga demokrasi. Karena itu, korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tetapi sebaliknya justru kemiskinan disebabkan oleh korupsi.

Sehingga kemelaratan rakyat Timor Leste hari ini sesungguhnya buah dari kerakusan para pelaku korupsi sejak zaman kolonial Portugis. Juga di jaman integrasi. Dan mungkin saja di jaman kemerdekaan sekarang ini yang membuat ekonomi rakyat memilukan. Karena itu pemimpin harus tegas dan menjadi contoh hidup anti korupsi.

Harus bisa. Mesti bisa. Malu dong sama almarhum Presiden Nicolao Lobato, Xavier do Amaral, David Alex, Samba 9, Nino Konis Santana, Mauhunu dan ribuan pahlawan yang telah mengorbankan nyawa, darah dan air mata bagi kemerdekaan Timor Leste. Jadi kalian generasi baru, hidup di era kemerdekaan, tidak mengorbankan nyawa, darah dan air mata, masa siiih untuk tidak korupsi saja tidak bisa? Keterlaluan…!!!

Karena membangun Timor Leste di era digital dan era covid-19 bukan hanya kecerdasan digital yang dituntut. Tetapi juga kecerdasan iman. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita” (Ibrani 11: 1-2).

Contohnya, iman Nuh ketika mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya. Iman pula yang membuat Abraham meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke negri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya. Karena iman pula Musa membawa jutaan orang Israel meninggalkan Mesir selama 40 tahun berkeliling di padang gurun. Karena iman pulalah yang merubuhkan tembok Yeriko setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya.

Jadi dimasa sekarang ini, semua pemimpin yang melayani rakyat mesti bersekutu dengan Tuhan. Ber-KKN dengan Tuhan. K= Kesetiaan kepada Tuhan. K= Kasih yang ikhlas, menjadikan Allah sebagai nahkoda. N= Nyata mempraktekan kesetiaan kepada Tuhan yang maha kasih. Maka benarlah mazmur itu. Allah adalah gembalaku. Takan kekurangan aku.
Seperti itulah hendaknya membangun bangsa dan negara Timor Leste bersama-sama dengan Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Selamat Tahun Baru 2022. Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua. Semoga…!!!(Yoss Gerard Lema)

*) Novelis, Penulis, tinggal di kota Kupang.

 

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *