Hari Ini Ulang Tahun Propinsi NTT: ‘Ingatanku, Bung Karno Merenung Dibawah Pohon Sukun Bercabang Lima’

TIMOROMAN.COM – HARI ini tanggal 20 Desember 2021. Hari ini Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) genap berusia 63 tahun. Hari hujan. Musim hujan. Bumi Flobamora tersenyum dalam dingin. Bunga-bunga bermekaran. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah rumput-rumput hijau. Hutan-hutan hijau. Gunung-gunung hijau. Padang sabana hijau. Sungai-sungai hijau. Danau-danau hijau. Kecuali danau kelimutu di Ende-Flores. Airnya selalu berubah-ubah warna.

Hujan. Butiran air jatuh dari langit. Beniiing. Seperti itulah cinta Tuhan kepada ciptaannya. Cinta sebening embun. Ada kehangatan yang dingin. Sedingin beningnya air sungai nan jernih. Sedingin beningnya air danau. Sedingin beningnya air laut yang asin.

Hujan menumbuhkan benih-benih. Menumbuhkan bunga-bunga. Air hujan pula yang membuat pohon-pohon bernyanyi. Burung-burung berkicau. Gunung, bukit, lembah di Bumi Flobamora berubah bagai lukisan kanvas. Di laut ikan warna-warni berenang seolah dalam aquarium raksasa. Sanking girangnya sebagian ikan melakukan ‘salto’ hingga muncul diatas permukaan air. Menakyubkan…!!!

Mungkin seperti itulah lukisan kegembiraan alam raya menyambut ulang tahun Propinsi NTT hari ini. Konon, seorang politisi kawakan pernah bercerita, NTT sesungguhnya diciptakan Tuhan tanpa sengaja.

NTT diciptakan dari sisa-sisa tanah yang melengket di tangan Tuhan. Ketika Tuhan mengebas tangannya, saat itulah Bumi Flobamora tercipta. Tuhan tersenyum melihat hasil ciptaan yang tanpa sengaja itu. Ratusan pulau membentuk sebuah gugusan. Pulau besar, sedang, kecil, bahkan sangat kecil. Keindahannya, tiada tara. Bagai puisi rindu diarsir warna pelangi.

Jok yang disampaikan Bung Kanis (alm), politisi kharismatik, yang senantiasa merenung, berdoa, berpuasa, mungkin ada benarnya. Seniman politik itu tampaknya melihat NTT dengan mata bathin. Bukunya, ‘Jangan Takut Berpolitik’ yang disunting Jannes Eudes Wawa merupakan kumpulan pidato. Nyata sekali Bung Kanis seorang visioner. Pandangannya jauh kedepan. Dia menguliti NTT dalam gulungan imajinasi yang indaaah.

Parawisata misalnya. Satu hari sebelum peresmian pabrik semen Kupang, tepatnya 13 April 1984, di gedung DPRD NTT, Bung Kanis berkata demikian. “Apabila Bali dan Jawa Tengah bicara tentang bidang pariwisatanya sebagai pendapatan asli daerah, tidak tanggung-tanggung, kita pun langsung membangga-banggakan Komodo, Kelimutu, Pasola, Kuburan Sumba, pantai Lasiana, meski pun kita tahu benar, betapa obyek-obyek ini dari segi APBD belum masuk perhitungan,” kata Bung Kanis ketika itu.

Dan ketika Gubernur NTT Victor Bungtilu Laiskodat menetapkan pariwisata sebagai leading sector, barulah kita tahu yang dikatakan Bung Kanis puluhan tahun silam itu benar adanya. NTT memang Tuhan ciptakan secara spesial. Varanus komodoensis, binatang purba di pulau Komodo, hanya satu-satunya di dunia. Pantaslah Presiden Jokowi ‘membaptis’ komodo menjadi obyek wisata super premium. Semetara Padar dan pulau-pulau kecil lainnya meninabobokan wisatawan saat sunrise muncul di rembang pagi.

Lalu danau di puncak gunung Kelimutu. Danau tiga warna. Merah, putih, biru. Wisatawan disarankan menutup mata agar bisa melihat dengan mata hati. Sebab, danau kelimutu yang indah itu adalah kepingan soerga yang jatuh ke bumi. Menakyubkan…!!!

Alor lain lagi. Menyajikan keindahan bawa laut yang super. Wisatawan berenang sambil menari bersama ribuan ikan warna-warni. Dasar laut Alor bagai taman cinta. Lalu Timor, pulau cendana. Seharusnya sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah pohon cendana. Namun apa mau dikata. Hutan cendana kini cuma bisa dilihat di foto usang dan kusam. Untung ada UNDANA yang mengabadikan nama cendana. Semoga kualitas UNDANA sewangi cendana.

Lalu Sumba. Bumi megalitik. Pater Robert Ramone, mengabadikan Sumba dalam bibikan lensa camera seorang fotografer. Bukunya: ‘SUMBA Yang Terlupakan’ melukis Sumba dalam tarikan nafas keindahan. Sunrise, sunset, air terjun, padang sabana, pantai pasir putih, batu Tarimbang, sapi, kerbau dan kuda seolah menenun kasih diatas benang-benang asmara.

Cultur Sumba membius. Imam Marapu. Rumah adat menjulang tinggi. Upacara kedde, tanduk kerbau panjang dililit kain merah, laki perempuan menari dengan latar hamparan batu-batu kubur megalitik. Puncaknya, perang pasola di tanah berluka. Darah yang mengucur dipercaya akan menyuburkan tanah. Hasilnya berlimpah. Pantaslah Sumba dinobatkan menjadi pulau terindah di dunia. Waoooh…!!!

Rote, gunung ombak di pantai Nembrala selalu diburu para selancar. Sedangkan Sabu, mengkilik kekaguman wisatawan dengan keindahan perbukitan batu Kalabba Madja, tempat tinggal para dewa. Pada jam-jam tertentu bukit batu itu akan berubah warna. Lalu Lamalera, kampung kecil di pulau Lembata, nelayannya suka berburu ikan paus hingga ke laut lepas.

Dan itulah NTT yang cantik, spesial budayanya, Tuhan menciptanya secara tak sengaja.

Bumi Permenungan

Namun, diatas semua itu ada sesuatu yang super istimewa telah lahir dari perut Bumi Flobamora. Bung Karno, Putra Sang Fajar, Singa Podium, Sang Proklamator, Presiden Pertama Indonesia, telah melukis jejak sejarah Indonesia dengan tinta emas di Ende-Flores- NTT. Dahsyaaat…!!!

Puluhan tahun silam, antara 1934-1938, Bung Karno, Pemimpin pembrani telah menghasilkan sesuatu yang super istimewa ketika merenung di bawah pohon sukun bercabang lima di bibir pantai kota Ende.

Ketika itu, angin sepoi-sepoi menyejukan hati Putra Sang Fajar. Deru ombak yang pecah di pantai adalah musik alam yang menghibur. Sedangkan sampan nelayan yang berseliweran di depan matanya menjadi aksen pemanis yang membuatnya tersenyum. Tanpa didasari empat gunung yang memagari kota Ende: Iya, Meja, Wongge, Kengo senantiasa menatapnya dari kejauhan. Dan pulau Ende yang berada di depannya setiap saat tersenyum padanya.

Empat tahun bukan waktu yang pendek untuk merenung. Menggali ke inti hati dan inti budaya nusantara. Bumi mendukung. Bulan dan bintang-bintang dan matahari mendukung. Sebuah ilham tak bisa lagi dibendung. Ihlam itu turun melalui putik-putik bunga sukun yang jatuh mengenai kepala lelaki yang dijuluki Singa Podium. Lelaki itu, lelaki Pancasila. Lima Sila, Lima Dasar, Tuhan Yang Maha Esa bersemayam didalam kelima sila itu. Merindiiing…!!!

Di Ende inilah untuk pertama kali Bung Karno menyaksikan Pancasila yang hidup di tengah masyarakat Ende-Lio. Toleransi beragama dipraktekan secara alamiah. Katolik sebagai agama mayoritas (90%) senantiasa mengayomi agama minoritas lainnya. Kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan sosial terlihat nyata dalam masyarakat yang kurang pendidikan itu. Ternyata adat budaya mendidik mereka tentang kasih yang melihat manusia sama dimata Tuhan.

Itu sebabnya di Ende, sejak jaman nenek moyang, perayaan natal dan idhul fitri menjadi pesta bersama penganut katolik dan islam. Sebab mereka bersaudara, nenek moyang mereka sama. Rumah adat mereka sama. Di rumah adat mereka duduk bersama, tertawa, menangis dan bernyanyi bersama-sama. Kedukaan dihadapi secara bersama. Keputusan adat dilakukan secara demokrasi. Itulah Pancasila yang hidup, disaksikan Bung Karno ketika Indonesia belum merdeka.

Sehingga siapapun yang saat ini sedang memimpin NTT, baik sebagai walikota, bupati, gubernur, DPRD, DPR.RI, dan lain-lain, hendaklah senantiasa merenung. Merenung seperti Bung Karno yang gelisah memikirkan nasib bangsanya yang terjajah, miskin dan terlunta-lunta. Seperti itulah seharusnya pemimpin, pelayan rakyat, apa pun jabatanmu. Karena rakyat lebih penting dari keluarga, teman, konco-konco dan sebagainya.

Dan hari ini, 20 Desember 2021, lihatlah ke langit biru, ada satu permintaan rakyat yang ditulis dengan Tinta Merah. “Jangan Korupsi. Tidak Boleh Korupsi”. Jadilah pejabat seperti sumpah jabatanmu ketika dilantik. Sebab kitab suci yang dipegang pemuka agama menyaksikanmu saat mengucapkan sumpah atau janji itu.

Maka renungkanlah. ‘Gali’ dalam dirimu roh kedagingan yang selalu ingin untuk korupsi. Cari sampai dapat. Lalu bakar roh itu didalam tungku ‘api pencucian’. Malu dong sama para pahlawan kusuma bangsa yang rela mengorbankan nyawanya demi Indonesia merdeka. Masa siiih, untuk tidak korupsi saja, tidak pula mengorbankan nyawa, kok tidak bisa? Maka menangislah saat kau dengar syair lagu Gugur Bunga.

Contohlah Jokowi

Siapa contoh tokoh anti korupsi? Jokowi. Presiden Jokowi sangat serius ‘mengganyang’ koruptor lewat undang-undang yang berlaku. Sebab negeri ini selama berpuluh-puluh tahun ekonominya dihancurkan para koruptor. Diharapkan KPK, Kejaksaan dan Kepolisian semakin bertaji dalam peperangan melawan koruptor dan para mafia yang selama ini menggarong uang rakyat.

Oscar Arias Sanchez, Presiden Costa Rica, 1986-1990, pemenang Nobel untuk perdamaian 1987, ketika menulis Prakata dalam buku Strategi Memberantas Korupsi yang ditulis oleh Jeremy Pope tahun 2002 mengatakan korupsi membawa akibat langsung, yaitu memperparah kemelaratan rakyat dan memperlemah lembaga-lembaga demokrasi. Karena itu, korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tetapi sebaliknya justru kemiskinan disebabkan oleh korupsi.

Dititik inilah ketika dua kali menjadi walikota Solo, lalu Gubernur DKI Jakarta membuat dia paham betul apa yang dikatakan Oscar Arias Sanchez. Korupsi menyebabkan kemiskinan rakyat. Sehingga ketika terpilih menjadi presiden, Jokowi menjelma menjadi presiden orang kecil. Prioritasnya menolong orang kecil yang selama ini diam dan tak bersuara. Sebab dia pernah merasakan menjadi orang kecil, jelata miskin papa, hidup terlunta di pinggir kali dan digusur. Dia paham betul sakitnya sakit orang kecil.

PATUNG-1

Yoss Gerard Lema

Pertanyaannya, sebelum menjadi bupati, walikota, gubernur, kepala dinas, kepala badan, anggota DPRD, anggota DPR.RI, dll, bukankah kalian juga termasuk orang-orang kecil, hidup susah dan selalu diam tak bersuara? Kenapa Jokowi bisa menjadi walikota bagi orang kecil? Gubernur orang kecil? Dan presiden orang kecil? Sebab impiannya hanya satu. Membawa rakyat Indonesia, Sabang sampai Merauke, Miangas hingga pulau Rote maju, sejahtera lahir dan bathin.

Jokowi membenahi sistem. Sistem yang membuat siapa saja tidak bisa bermain-main dengan uang rakyat. Pada simpul ini generasi milenial dan generasi Z mendapat perhatian serius di semua lini. Termasuk sektor pertanian (dalam arti luas) yang mulai ditinggalkan orang muda. Jokowi menggairahkan kelompok-kelompok tani milenial dengan istilah Petani Muda Keren. Anak-anak muda ini tamatan S1, S2, bahkan S3 dari universitas dalam dan luar negeri. Di NTT Jokowi membangun sekian banyak bendungan dan embung-embung agar petani muda bisa berkreasi.

Di titik ini para milenial diharapkan bergeser dari cara berpikir fixed mindset ke growth mindest dengan memanfaatkan Artifisial Inteligens dan Internet of think dengan menerapkan smart farm. Situasi ini membutuhkan Desain Thinking melalui system thinking. Karena era industri 5.0 dan Society 5.0 merupakan zona global yang wajib disambut generasi milenial memasuki Dunia Kerja berbasis industri pertanian. Sudahkah ini disiapkan di NTT?

Sehingga bila semua generasi milenial berpacu dalam pembangunan di berbagai lini, termasuk sector pertanian dan pariwisata, lalu ditambah adanya komitmen para pejabat untuk anti korupsi maka itulah syarat membangun jalan tol istimewa untuk meniadakan kemiskinan NTT hingga titik Nol Persen (0 %). Itu hayalan yang tidak mudah, namun harus dimulai sejak hari ini ketika tikus-tikus sedang berpesta menikmati uang rakyat.

Maka hari ini, siapapun rakyat NTT, wajib mendidik anak-anaknya, agar selalu merenung, berdoa dan berpuasa seperti Bung Karno dibawah pohon sukun bercabang lima di bibir pantai kota Ende. Siapa tahu nanti anakmu bisa menjadi presiden seperti Jokowi sekarang ini. Maka pesanlah kepada anak-anakmu dengan penuh kasih sayang.

“ANAKKU….Berpikir pun Jangan….Berpikir pun Jangan…Berpikir pun Jangan untuk menjadi KORUPTOR. Sebab koruptor itu SAMPAH, Pelanggar HAM, harusnya didooor. Gampang khan?”.

Selamat Ulang Tahun Propinsi Nusa Tenggara Timur tercinta. Tuhan Yesus selalu menjaga. Jayalah negriku terkasih…Amii.(Yoss Gerard Lema –  Penulis, novelis, tinggal di kota Kupang)

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *