Timor Leste dan Pakistan Belajar Sekolah Iklim BMKG di Indonesia

TIMOROMAN.COM-Deputi Klimatologi pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Drs. Herizal, M.Si mengakui, beberapa negara saat ini mulai mencontohi program Sekolah Lapangan Iklim (SLI) yang dilaksanakan oleh BMKG untuk para petani. Dua negara yang sangat tertarik dengan model SLI adalah Timor Leste dan Pakistan.

Hal tersebut disampaikan Herizal ketika membuka SLI Tahap III Provinsi NTT di lahan petani Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Selasa (2/4/2019). Kegiatan ini diikuti 25 peserta dari kelompok Kompas Tani yang merupakan warga setempat, akan berlangsung selama 120 hari.

“Di hadapan Bapak Ketua Komisi V DPR RI, saya perlu sampaikan bahwa SLI yang dilaksanakan oleh BMKG sejak tahun 2010, ternyata sangat diminati oleh beberapa negara untuk dicontohi. Yang sudah ikut program ini adalah Timor Leste dan sekarang Pakistan meminta kita mengajari mereka program ini,” kata Herizal yang mendapat apresiasi dari Ketua Komisi V DPR RI, Ir. Fary Djemi Francis, MMA yang juga hadir dalam acara pembukaan tersebut.
Menurut Herizal, ketika bicara soal pertanian yang muaranya pada ketahanan pangan rakyat, ada tiga komponen yang saling berkaitan. Yakni soal bibit, lahan dan iklim. “Masalah bibit dan lahan, sekarang sudah bisa direkayasa. Tapi soal iklim, belum ada rekayasanya. Iklim memang jadi faktor pembatas, yang hanya bisa kita kenali dan analisa lewat ilmu pengetahuan dan teknologi,” katanya.

Namun demikian, tambahan pengetahuan kepada para petani soal iklim, diyakini mampu meningkatan produktifitas pertanian. “Itulah sebabnya, sekolah lapangan seperti ini akan terus kita tingkatkan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi V DPR RI, Ir. Fary Djemi Francis, MMA dalam sambutannya mengatakan, sebagai mitra kerja Komisi V, BMKG memang terus didorong agar memperbanyak program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat petani, seperti sekolah lapangan iklim.

“Kami di Komisi V istilahkan BMKG sebagai ‘suara Tuhan’ sebab informasi yang keluar dari BMKG adalah yang berkaitan dengan di luar kemampuan kita sebagai manusia. Contohnya, perkiraan cuaca, pesawat tidak boleh terbang, kapal laut tidak boleh berlayar, kapan dimulainya masa tanam. Ini semua berkaitan dengan tugas BMKG,” katanya.

Menurut Fary Francis, alokasi anggaran bagi BMKG yang saat ini sekitar Rp 1,7 triliun, akan terus ditingkatkan. “Sebagai bagian dari Fraksi Gerindra di DPR RI, kami terus mendorong agar anggaran bagi BMKG ditingkatkan. Kita berharap, BMKG menjadi sektor pertama yang jadi pertimbangan bagi sektor lain dalam melaksanakan programnya,” kata wakil rakyat dari Dapil NTT II ini.*

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *