Cristiano Mantan Pemain Timnas Timor Leste Selesaikan Studi di UPGRIS
SURABAYAONLINE.CO-Cristiano Domingos Martins, warga negara Timor Leste selama setahun ini menjalani studi di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) melalui Program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Bagaimana kesannya?
Jumat, (8/6), tugas Cristiano mempelajari bahasa dan budaya Indonesia di Kota Semarang itu telah usai. Bersama Cristiano, satu darmasiswa yang juga dalam program serupa pun demikian. Dia adalah Aleksandra Geogieva Dapkova, warga kebangsaan Bulgaria.
Secara seremonial, berakhirnya masa studi mereka pun ditandai melalui penyerahan kenang-kenangan berupa hasil lukisan batik karya keduanya kepada Rektor UPGRIS Dr Muhdi di ruangannya.
“Yang punya saya itu lukisan motif ikan. Saya membuatnya selama sekitar 1 jam. Itu hasil belajar saya selama mengikuti program membatik di Kampung Batik Semarang,” ucap Cristiano.
Mantan pemain sepak bola Timnas Timor Leste itu berkisah kepada Tribun Jateng, Sabtu (9/6). Selama setahun terakhir ini, ada cukup banyak hal yang dia pelajari, baik itu terkait bahasa maupun kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Semarang.
“Bahkan saya sekarang sudah bisa berbicara (bertutur) Jawa meskipun belum sempurna. Misalnya ‘biasane aku numpak Go-Car nang kampus’. Lalu beberapa lagu Jawa juga sudah bisa saya nyanyikan,” ucapnya.
Mantan mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Damai Timor Leste tersebut juga mengutarakan kenyamanannya selama tinggal di Kota Semarang. Oleh pihak Upgris, dirinya pun diberi tempat nyaman untuk beristirahat.
“Di sini, di UPGRIS saya banyak dibantu kawan-kawan mahasiswa maupun dosen. Saya diperhatikan secara baik sekali. Tidak terasa, sudah setahun di sini dan sekarang akan kembali ke Timor Leste. Apa yang saya peroleh di sini, akan coba saya informasikan di sana,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan Dapkova, pascasetahun menimba ilmu di Upgris, dirinya mengklaim semakin cinta dan bangga terhadap Indonesia. Dari mereka dirinya semakin mengenal serta paham terhadap bahasa dan budaya yang ada di Indonesia.
“Sebelumnya saya juga pernah ikuti program serupa, program beasiswa darmasiswa ini pada 2015-2016 di ISI Yogyakarta. Dari kecintaan itu pula yang membuat saya berkeinginan untuk kembali ke Indonesia dan pada akhirnya 2017-2018 ini di UPGRIS Semarang,” ucap Dapkova.
Dia pun berkisah setelah belajar di Yogyakarta. Ketika berada (kembali) ke Bulgaria, beberapa bulan dirinya menjadi tenaga pengajar bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar (SD).
“Dan setelah dari sini, saya berkeinginan sekali menjadi guruBahasa Indonesia. Semoga bisa terwujud nanti. Dan selain terkait bahasa serta budayanya, yang sangat saya senangi di sini ada pada alamnya,” terangnya.
Dia mengklaim, di sela waktu studi, tercatat sudah ada sekitar 7 gunung di Jawa yang telah didaki. Seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Kawa Ijen, Gunung Slamet, hingga Gunung Lawu.
“Terima kasih kepada kawan-kawan mahasiswa, dosen, dan pimpinan UPGRIS yang selama setahun ini telah membantu dan mengajarkan banyak hal. Dari semua yang saya peroleh, suatu ketika saya pasti akan ke sini lagi, berpetualang,” tutupnya.
Rektor UPGRIS Dr Muhdi bangga karena selama ini kampus yang dipimpinnya dipercaya sebagai tempat belajar para mahasiswa asing khususnya melalui program darmasiswa BIPA.
“Kami, UPGRIS akan senantiasa membuka peluang bagi siapapun dari luar negeri untuk menimba ilmu. Kepercayaan mereka itu pun sebagai bagian bukti apabila UPGRIS telah memperoleh perhatian dari publik internasional,” jelasnya.
Muhdi pun menginformasikan, seusai 2 mahasiswa asing tersebut, direncanakan pada Agustus 2018 mendatang UPGRIS akan kehadiran 5 mahasiswa lagi. Secara rinci, 2 merupakan mahasiswa asal Thailand dan masing-masing 1 mahasiswa dari Meksiko, Malaysia, serta Senegal. (tribunjateng)