Ada 25 Juta Akun Instagram Palsu di Indonesia
TIMOROMAN.COM-Influencer marketing adalah bisnis yang menggiurkan. Namun, berdasarkan hasil survei, sejumlah negara di Asia menjadi ladang penipuan influencer Instagram. Kehadiran jutaan akun palsu ditengarai menjadi penyebabnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah perusahaan startup asal Swedia, A Good Company dan firma analisis data HypeAuditor mencatat bahwa beberapa negara di Asia menjadi ladang penipuan perdagangan di media sosial Instagram. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 1,84 juta akun yang tersebar di 82 negara di dunia.
Amerika dan Brasil merupakan dua negara teratas yang memiliki akun palsu Instragram terbanyak di dunia yakni 49 juta dan 27 juta akun, disusul India (26 juta) dan Indonesia (25 juta). Selain itu ada Jepang yang menempati posisi keenam. Di pasar Asia sendiri, diketahui terdapat 144 juta pengguna platform media sejuta umat ini, namun 58 juta diantaranya adalah bot ataupun pengikut massal. Diperkirakan US$744 juta terbuang sia-sia akibat penipuan akun-akun palsu tersebut.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena dewasa ini Instagram menjadi tambang emas bagi para selebgram atau yang biasa disebut influencer maupun bagi berbagai perusahaan produk dan jasa. Kini makin banyak perusahaan menyewa jasa influencer untuk menjajakan produk mereka. Namun tidak sedikit dari para influencer ini yang bermain secara tidak jujur. Mereka membeli pengikut (follower), like, dan komentar dalam jumlah banyak agar bisa menarik perhatian sejumlah perusahaan untuk menyewa jasa mereka.
Menurut data agensi marketing Mediakix, nilai pasar influencer Instagram di tahun 2017 silam adalah sebesar 1 milliar dollar AS, dan diprediksi di akhir tahun ini angka tersebut akan naik menjadi dua kali lipat, tentulah sebuah nilai yang mencengangkan.
Jalan pintas
Pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, menyebutkan bahwa Instagram tidak menghadirkan fitur ads bawaan yang mengizinkan penggunanya dapat menambah follower asli layaknya Facebook. Inilah yang menyebabkan banyaknya layanan pihak ketiga yang bermunculan. Menurutnya beberapa syarat dalam penggunaan fitur di Instagram membuat influencer mencari jalan pintas untuk menambah jumlah pengikutnya.
“Padahal di Instagram, beberapa fitur seperti swipe dan IG TV 60 menit bisa aktif dengan beberapa prasyarat, satu diantaranya adalah jumlah followers yang diatas 10.000 dan juga khusus untuk IG TV lebih dari 10 menit akun harus verified. Prasyarat jumlah inilah yang membuat orang ingin cepat bertambah followers dengan memilih membeli,” terang Pratama saat diwawancarai DW Indonesia.
Menurutnya dengan membeli bot, akan menjaga jumlah pengikut influencer karena bot sejatinya tidak melakukan interaksi. “Beda dengan bot, yang sekali follow mereka tidak akan melakukan unfollow,” imbuh Pratama.
Lebih lanjut Pratama menghimbau para influencer untuk membuat konten secara bijak tanpa membuat konten yang bersifat kontroversi atau yang bersifat jahil (prank). Dengan begitu menurutnya akun asli akan mengikuti, like, dan memberikan komentar nyata kepada mereka. Pihak perusahaan pun juga harus lebih selektif dalam menyewa jasa seorang influencer.
“Namun bagi brand yang salah menggunakan agency atau endorser maka mereka hanya buang-buang uang, karena kontennya tidak sampai ke publik yang sebenarnya,” pungkas Pratama.(dw)