Xanana Gusmao : Hegemoni Negara Besar Persulit Perdamaian Dunia

TIMOROMAN.COM, MALANG – Mantan presiden Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao mengkritik dominasi dan hegemoni lembaga-lembaga internasional dan beberapa negara besar yang masih mengedepankan politik kepentingan golongan dan pribadi. Hal ini menyulitkan gerakan perdamaian dunia untuk berkembang dan maju.

“Saya sedih, bahwa gerakan perdamaian oleh berbagai kalangan di dunia selalu berhadapan dengan kekuatan lembaga-lembaga internasional dan negara super power yang masih saja lebih mendukung industri-industri besar dengan politik praktisnya dan tidak memperhatikan rakyat kebanyakan yang butuh sentuhan mereka,” kata Xanana Gusmao di Malang, Jumat, 19 Agustus 2016.

Pernyataan itu disampaikan Xanana saat tampil sebagai pembicara utama dalam seminar Annual Malang International Peace Conference (AMIPEC) kedua yang bertema membangun jaringan perdamaian internasional. Acara AMIPEC dihelat di Ruang Seminar KH Moch. Said Universitas Islam Raden Rahmat, Jalan Raya Mojosari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Acara Amipec II yang diselenggarakan hingga Sabtu, 20 Agustus dihadiri wakil dari Indonesia, Thailand, Amerika, Senegal, Selandia Baru, Singapura, Kenya, dan Uganda.

Menurut Xanana, dominasi maupun hegemoni lembaga-lembaga internasional dan negara besar membuat setiap pertemuan dunia yang membahas pembangunan jejaring perdamaian dunia seperti Milan Expo 2000 serasa tiada bergaung.

Padahal mereka yang sejatinya memiliki pengaruh dan kekuatan besar seharusnya turut mendorong penciptaan perdamaian di seluruh dunia. Mereka pun sangat diharapkan terus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk membantu mengatasi kemiskinan dan kelaparan, serta memerangi tindakan terorisme.

Tetapi, Xanana menjelaskan, ia percaya selalu ada jalan dan ruang bagi orang-orang yang ingin terus bergerak membangun jejaring perdamaian dunia lintas agama, negara, dan ras. “Dasarnya adalah solidaritas, bersatu dalam kesatuan, serta keyakinan kuat bersama,” ujar Xanana, yang melepas jabatan perdana menteri Timor Leste pada medio 2015.

Xanana mencontohkan Bali Democracy Forum yang menggagas satu demokrasi bagi seluruh negara yang berbasis pada perdamaian tanpa sekat. Forum ini kemudian ditindaklanjuti Timor Leste tetap setia menempuh upaya perundingan untuk menyelesaikan perkara perbatasan laut dengan Australia. (tempo.co)

Share this :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *